Penyebab Maraknya Hoaks Tumbuh Menyebar di Indonesia

Minimnya minat membaca dari anak Bangsa Indonesia sangat berbanding terbalik dalam penggunaan Internet dan media sosial yang termasuk tinggi. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyatakan bahwa para pengguna internet di Indonesia mengalami sebuah pertumbuhan dan perkembangan yang sangat luar biasa.

Para pengguna Internet sampai saat ini kurang lebih mencapai 132,7 juta orang. Pencapaian tersebut sudah bisa dikatakan sudah melampaui setengah dari total penduduk Indonesia yaitu 51,8%.

Sangat disayangkan memang karena para pengguna Internet masih belum bisa menggunakan hal tersebut menjadi sebuah hal yang bersifat positif. Kebanyakan mereka gunakan hanya untuk hiburan dimedia sosial.

Tidak heran bila selanjutnya berita bohong (hoaks) dan berita palsu (fake news) serta berita sampah tumbuh subur ditengah masyarakat. Pemanfaatan internet dan media sosial yang tidak diimbangi dengan literasi digital’lah yang menyebabkan hoaks atau berita bohong merajalela di Indonesia.

 

Penyebab Maraknya Hoaks Tumbuh Menyebar di Indonesia

Informasi yang menyesatkan tersebut banyak beredar melalui berbagai jalur digital seperti pesan chating dan situs online. Kegelisahan masyarakat terhadap maraknya informasi yang bermunculan di media sosial hanya bisa diselesaikan melalui pembelajaran mengenai apa itu Literasi.

Literasi bisa diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi untuk kenyataanya tidak hanya sebatas membaca dan menulis saja melainkan sejumlah literasi sangat perlu dikuasai oleh seseorang dalam zaman sekarang diantaranya literasi komputer, digital dan media.

Penduduk Indonesia saat ini dihadapkan pada permasalahan soal rendahnya budaya literasi sekaligus belum produktifnya pengguna Internet sehingga satu-satu’nya harapan adalah sekolah.

Dengan sekolah diharapkan bisa membangun budaya anak bangsa terbangun agar generasi penerus bangsa ini mampu menjadi sebuah individu ataupun kelompok menjadi lebih cerdas dalam menyebarkan informasi.

Dengan sekolah juga diharapkan menuntut para peserta didik untuk bisa membaca buku tetapi tidak dibarengi dengan kematangan dari para guru dan kepala sekolah. Kebiasaan membaca dianggap sebagai salah satu bagian dari literasi yang harus disepakati.

Kebiasaan tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang sudah berlaku selama ini tetapi pada hakekatnya seluruh guru mata pelajaran juga ikut serta dalam hal ini.