Penelitian pada tahun 2017 yang dilakukan WHO menyatakan bahwa lebih dari 260 juta orang didunia menderita gangguan kecemasan. Sebuah studi yang baru dilakukan oleh The Journal of Neuroscience mengungkapkan bahwa gangguan kecemasan memiliki kemungkinan berdifat genetik.
Gangguan Kecemasan atau biasa dikenal dengan istilah Anxiety Disorder merupakan suatu penyakit mental yang sudah umum dijumpai. Hal ini merupakan salah satu gangguan yang mungkin juga memiliki kesempatan untuk bisa diobati.
Sama hal sepertinya dengan begitu banyaknya pilihan penanganan psikiatris. Dalam hal ini yang menjadi target adalah gejalanya. Padahal dengan mencari tahu mekanisme yang mendasari gangguan kecemasan merupakan suatu hal penting.
Sebelumnya sudah diketahui bahwa kecemasan tersebut mungkin memiliki sifat genetik. Cara kerja dari heritabilitas kecemasan dan bagian otak yang terlibat belum bisa diketahui penyebabnya dan masih menjadi sebuah misteri. Pernyataan tersebutlah yang dicoba diungkapkan oleh peneliti dalam penelitian terbarunya.
Melalui eksperimen yang sudah dilakukan para ilmuwan, mereka berhasil menemukan perbedaan terhadap konektivitas otak diarea yang dilanda rasa takut dan kecemasan yang sifatnya dapat diwariskan.
Kesimpulan tersebut berhasil dicapai oleh peneliti setelah mereka melakukan penelitian dan melakukan pengamatan terhadap ratusan monyet. Ternyata mereka memiliki kecendrungan untuk mewariskan kecemasan secara turun temurun dari generasi yang satu kegenerasi selanjutnya.
Dalam arti lain, kecemasan mereka mungkin bersifat genetik. Bagaimanapun itu kecemasan tidak sepenuhnya tergantung kepada faktor genetik karena faktor lingkungan seringa kali juga memiliki peran dalam hal tersebut.